Level Support & Resistance Opsi Biner: Panduan 2025
Updated: 04.05.2025
Garis, level, dan zona support serta resistance dalam trading: level support dan resistance di opsi biner (2025)
Secara bertahap, kita sampai pada salah satu alat paling menarik dan efektif untuk menganalisis grafik harga (dikenal juga sebagai analisis teknikal) — level support dan resistance. Topik ini bukan hanya membahas “level” semata, tetapi kita juga akan menyoroti garis tren support-resistance dan belajar bagaimana mengidentifikasi serta menggunakan semuanya dengan benar.
Mengapa ini disebutkan? Agar Anda memahami satu fakta tak terbantahkan — pasar tidak mungkin diprediksi 100%, karena... pasar terdiri dari jutaan variabel acak dengan kepentingan dan tujuan masing-masing. Kita hanya melihat hasil akhirnya: tren naik, tren turun, atau konsolidasi harga (sideways).
Namun, pasar (menurut teori Dow) memuat semua informasi tentang aset sepanjang periode keberadaannya. Sederhananya, grafik harga itu sendiri memberi tahu kita apa yang kemungkinan terjadi selanjutnya. Dengan melihat grafik, kita bisa menentukan:
Dalam bahasa profesional, semua ini disebut “zona” — zona supply dan demand. Jika keinginan meraih keuntungan sangat tinggi di kalangan pelaku pasar, maka terbentuklah zona demand — trader mulai masuk pasar dan membeli aset karena yakin harganya tidak akan jatuh lebih rendah lagi, sehingga sekarang adalah waktunya “membeli murah” untuk kemudian membentuk zona supply yang kuat dan “menjual mahal”.
Sebagai contoh, mari kita ambil momen favorit para wanita — tanggal 8 Maret. Kenapa tanggal ini? Karena pada hari itu, para pria berbondong-bondong ingat bahwa perempuan sangat menyukai bunga dan menyerbu ratusan toko bunga.
Dalam situasi ini, supply adalah ketersediaan suatu barang dalam periode tertentu. Semakin besar jumlah barang (semakin besar supply), semakin rendah harga barang tersebut. Jika ada beberapa toko bunga di sekitar tempat tinggal Anda, mereka akan bersaing dengan menurunkan harga agar pembeli memilih berbelanja di toko mereka.
Sebaliknya, jika hanya ada satu toko, tetapi banyak orang ingin membeli bunga, maka terjadi kelangkaan — harga bisa (dan akan) dinaikkan. Mau tidak mau, pembeli membeli di toko tersebut atau tidak membeli sama sekali. Semakin tinggi demand, semakin tinggi pula harganya. Namun, jika Anda datang ke toko bunga bukan pada 8 Maret, melainkan tanggal 9 atau 10, Anda akan melihat harganya turun beberapa kali lipat — demand sudah menurun, begitu pula harganya.
Apa yang bisa kita tarik dari contoh “membeli bunga pada 8 Maret”? Bahwa untuk aset (atau barang) apa pun, selalu ada nilai supply dan demand. Pada grafik harga, supply dan demand dapat diilustrasikan sebagai dua garis. Mari kita ambil contoh aset USD/CAD untuk memudahkan pemahaman. Dengan kuotasi tertentu, “titik ideal” bisa saja:
Harga semua aset global di pasar Forex bergantung pada indikator supply dan demand. Komunitas internasional yang menentukan berapa nilai tukar untuk mata uang tertentu. Sederhananya, komunitas ini bisa menghancurkan perekonomian negara kuat yang memiliki mata uang sendiri atau menguatkannya.
Tentu, perubahan seperti itu tidak bisa terjadi sembarangan — semua tergantung pada negara pemilik mata uang dan keputusan politik para pemimpinnya. Pecahnya perang, penutupan perbatasan, bencana buatan manusia, dan sebagainya dapat secara drastis menurunkan demand akan mata uang tersebut, sehingga nilainya pun turun tajam di pasar internasional. Situasi ini terlihat di Rusia sejak 2014 — terjadi penurunan tajam rubel terhadap mata uang dunia.
Di sisi lain, jika suatu negara memanfaatkan sumber daya alamnya dengan bijak, menginvestasikan dana besar dalam pengembangan teknologi, dan lain sebagainya, maka demand akan tumbuh. Contoh yang jelas adalah Uni Emirat Arab (UEA). Negara ini menjadi salah satu pengekspor minyak utama dunia, sehingga nilai tukar dirham (mata uang nasional UEA) menguat dibandingkan mata uang dunia. Hal ini turut memperkuat perekonomian negara tersebut.
Perlu diingat bahwa level support tidak terbentuk “begitu saja”; biasanya pembentukannya dipengaruhi oleh riwayat perdagangan sebelumnya — bukan pertama kalinya harga saat ini dianggap menarik bagi para pembeli. Ada juga momen ketika harga mencapai “dasar” untuk pertama kalinya dalam sejarah dan membentuk level support baru — sering kali level semacam ini terbentuk pada “level harga bulat” (round numbers) yang akan kita bahas nanti.
Di level resistance, bull yang tadi mendominasi pasar pun keluar, sementara bear mengambil alih. Semakin banyak bear di pasar, semakin kuat pula pantulan dari level tersebut.
Ada juga kondisi ketika harga berbalik sebelum mencapai level resistance (atau support) — ini terjadi karena faktor “serakah” para pelaku pasar: semua ingin membeli sedikit lebih awal dan menjual secepat mungkin. Meski kadang kurang menguntungkan, rasa takut kehilangan profit yang sudah ada ditambah sifat serakah mendorong trader bertindak demikian.
Tapi mari kembali ke level supply dan demand. Seperti yang kita ketahui, semakin tinggi demand terhadap suatu barang, semakin tinggi pula harganya. Sampai suatu titik, para trader menyadari bahwa harga aset tidak akan terus naik — kekuatan buyer berkurang dan tren melambat. Inilah saatnya merealisasikan keuntungan — menjual di harga terbaik. Terlebih, makin dekat harga ke titik maksimum sebelumnya, makin besar keyakinan para penjual.
Singkatnya: penjual melihat catatan harga masa lalu (pergerakan harga, titik maksimum, pullback) — penting bagi mereka untuk menentukan zona terbaik untuk menjual aset, agar tidak terlalu cepat (profit sedikit) atau terlambat (kehilangan sebagian profit). Semakin tepat perkiraan zona tempat mayoritas penjual memulai aksi jual, semakin besar keuntungan yang bisa mereka raih.
Pada grafik, situasinya akan tampak seperti ini: Semakin tinggi harga naik, semakin banyak penjual yang mulai tertarik. Begitu harga menyentuh titik tertinggi sebelumnya, fase penjualan (pullback atau pembalikan tren) pun mulai. Semua bear ingin menjual di harga setinggi mungkin dan secepatnya, sehingga harga terpental dari level resistance.
Jika kita bicara level support (level demand), maka kondisinya berkebalikan. Semakin rendah harga jatuh, semakin menarik bagi para bull (pembeli) — ingat prinsip “beli di harga rendah, jual di harga tinggi!” Saat harga turun ke titik kritis — tempat harga tidak lagi layak dijual, tapi justru layak dibeli. Maka bull muncul secara masif dan mendorong harga naik. Singkatnya:
Baik, kita sudah memahami bagaimana level support dan resistance terbentuk, tapi mengapa keduanya efektif memantulkan harga? Jawabannya terletak pada psikologi pelaku pasar dan psikologi pasar secara keseluruhan.
Pasti Anda pernah mengalami kejadian jari terbakar korek api. Pelajaran yang Anda dapat: jangan main-main dengan korek, berhati-hatilah, kalau tidak mau merasakan sakit terbakar lagi. Di trading, pasar ibarat korek api yang bisa “membakar” jika tidak ditangani hati-hati.
Apa itu “hati-hati” dalam pasar? Yaitu kemampuan mengidentifikasi pergerakan harga yang paling mungkin dan bergerak seirama dengannya. Kita tidak bisa mengendalikan pasar, tetapi kita bisa mengikuti ke mana pasar bergerak.
Setiap trader berpengalaman tahu bahwa harga tidak mungkin selamanya bergerak dalam satu arah — pasti ada pullback, pembalikan, atau sideways. Namun, kapan tepatnya itu terjadi? Kapan kita masuk dan keluar pasar? Jawabannya sederhana — ketika “kerumunan” sepakat pada satu pandangan. Kerumunan (massa trader) lah yang menggerakkan harga naik, turun, atau sideways, dan kita harus menjadi bagian dari kerumunan itu.
Penting untuk selalu berada di pihak yang dominan: jika pasar dikuasai bull, kita ikut beli aset; jika pasar dikuasai bear, kita ikut jual aset. Tapi ada titik balik — ketika bull tiba-tiba keluar, lalu bear mengambil alih secara mutlak, dan sebaliknya. Di sinilah level support dan resistance menjadi alat sederhana dan mudah dipahami.
Di grafik, level ini hanya berupa garis horisontal, tetapi garis tersebut menunjukkan kepada trader area di mana kemungkinan besar arah harga (naik atau turun) akan diperebutkan.
Jika harga mendekati level harga tertinggi (termasuk puncak atau titik maksimum/minimum lokal), banyak pelaku pasar menyadari bahwa “pertarungan” antara bull dan bear bakal semakin intens. Pihak mana yang lebih kuat tidak selalu jelas. Bila menganalisis semua aksi, polanya kira-kira demikian:
Para trader sendiri memberi bobot pada harga tertentu — mereka melihat riwayat aset dan mengharapkan situasi berulang. Jika satu trader berpikir begitu, trader lain juga, puluhan, ratusan, ribuan trader pun demikian — bersama-sama mereka menggabungkan kekuatan dan membalikkan harga dengan membeli atau menjual aset.
Hal ini menuntun kita pada satu kesimpulan sederhana: jika harga sudah beberapa kali membentuk puncak atau lembah di level yang sama, besar kemungkinan hal serupa akan terulang lagi, karena mayoritas trader berpikir hal yang sama. Semua orang melihat grafik yang sama, semua menyadari perlunya mengikuti arus pasar — maka mereka pun menjadi bagian dari arus tersebut.
Mari kita lihat situasi pada bull (pembeli): Terlihat tren turun. Di titik tertentu, harga mulai menarik minat para bull — mereka merasa harga cukup murah untuk dibeli, sehingga demand meningkat dan harga terdongkrak naik. Bear mencoba melawan, tapi kemudian mereka sadar bahwa perlawanan sia-sia — lebih baik keluar pasar sebelum terlambat.
Terjadilah tren naik. Pullback pertama terjadi di level maksimum harga sebelumnya — bear mencoba mengambil alih (dan sukses sesaat), tapi kemudian bull semakin yakin akan kekuatan mereka, dan tren pun berlanjut. Nilai harga 1.10900 (tidak terlihat di tangkapan layar ini) juga merupakan level minat bull-bear di masa lalu. Di sinilah para bear berkumpul.
Bull yang lebih cerdas keluar segera saat mencapai level tersebut, sementara bull yang lebih lambat keluar ketika upaya menembus zona bear kedua kalinya gagal. Alhasil, hanya bear yang tersisa, dan harga pun anjlok. Pada level maksimum sebelumnya, bull mencoba mengangkat harga beberapa kali, tapi gagal. Pada akhirnya, para pembeli ini pun menyerah — tren turun menekan harga ke lembah sebelumnya.
Sampai di titik tersebut, jumlah bear jauh lebih banyak — mereka memutuskan sampai seberapa jauh harga akan turun. Para bull hanya mampu menahan sedikit waktu di lembah sebelumnya, kemudian mereka kembali keluar, enggan melawan tren yang kuat. Alhasil, titik minimum sebelumnya berhasil ditembus karena tak ada buyer dalam volume cukup besar.
Jika kita terus mengamati, tren turun masih berlanjut — kekuatan bear sangat dominan. Berkali-kali bull mencoba melawan, tetapi hanya berujung pullback kecil. Tren ini berlanjut hingga akhirnya bear melemah, dan bull kembali mendominasi: Setiap pullback melawan tren terjadi di level yang sama. Di titik di mana buyer mencoba menahan seller, di situlah seller nantinya mencoba menahan buyer. Tiap level harga yang kita tandai tak ada artinya bila kerumunan tidak memberinya makna. Setiap kali sekelompok penggiat mencoba membaca apakah harga akan berbalik, mereka masuk pasar berharap kerumunan mendukung. Hasilnya adalah pullback atau pembalikan tren.
Namun, bagi kita, yang terpenting adalah memahami bahwa mayoritas level support dan resistance memang level yang diminati pasar. Kalau kita trading opsi biner, cukup pullback kecil sudah bisa menghasilkan profit. Jadi, dengan menandai area-area menarik, kita bisa mengidentifikasi titik pembalikan harga dengan cukup akurat — memperoleh keuntungan baik saat tren maupun saat melawan tren.
Intinya, psikologi pelaku pasar memegang peranan besar — mereka khawatir harga tidak akan turun lebih jauh atau naik lebih tinggi jika kekuatan mereka melemah. Mereka juga digerakkan oleh keserakahan bila mereka dominan — selama mayoritas memihak, teruskan saja. Tapi dari mana asalnya “pembeli” dan “penjual” ini?
Ingat, orang datang ke pasar untuk mendapatkan keuntungan. Mereka akan memilih pihak (bull atau bear) yang lebih menguntungkan saat itu. Jika tren naik, mereka bergabung dengan bull; jika tren turun, mereka bergabung dengan bear. Ketika tren berakhir, pihak bull berpindah menjadi bear untuk merealisasikan profit, dan demikian pula sebaliknya.
Hal ini bisa berulang tanpa henti. Trader terus berganti “peran” bull dan bear sesuai situasi. Maka, di pasar kadang hanya ada bull atau hanya ada bear.
Mari kita pahami bagaimana sebuah level support bisa berubah menjadi level resistance:
Sebaliknya, jika kita bicara kasus ketika level resistance berubah menjadi support, peristiwanya berkebalikan:
Tugas Anda sebagai trader adalah mempelajari cara tepat menarik dan menggunakan level-level supply dan demand. Keterampilan ini akan mempermudah Anda menemukan titik tepat untuk entry.
Level yang hanya terbentuk dari dua titik dan sering ditembus harga terbilang lemah, sebaiknya jangan terlalu diandalkan. Lingkaran merah menunjukkan momen ketika harga hampir tidak bereaksi terhadap level support dan resistance — jangan lupa bahwa terkadang level bisa ditembus tanpa ada pullback sama sekali!
Sekarang, mari pahami bagaimana cara tepat menarik level support dan resistance di grafik harga. Ingat, harga “punya memori,” artinya level dapat bertahan bertahun-tahun. Langkah pertama, tarik level pada time frame tertinggi. Beralihlah ke time frame bulanan, scroll grafik sejauh mungkin ke kiri, lalu tandai semua level yang terlihat, termasuk titik maksimum dan minimum — semua itu adalah level support-resistance yang kuat. Sebaiknya buat garis ini lebih tebal dan bedakan warnanya (misalnya warna merah). Langkah berikutnya, masuk ke time frame mingguan (Weekly) dan tarik level lagi di sana. Bisa diberikan warna lain dan ketebalan garis lebih tipis: Ulangi proses serupa di time frame lebih rendah. Beri warna berbeda untuk setiap TF. Jika perlu, sesuaikan kembali level-level yang sudah Anda tarik sebelumnya.
Kalau Anda menarik semua level di semua time frame lalu kembali ke grafik 1-menit, Anda mungkin melihat pemandangan seperti ini: Perhatikan, level yang ditarik dari time frame lebih tinggi juga berfungsi di time frame yang lebih kecil. Tapi hal ini tidak berlaku sebaliknya: level dari time frame rendah mungkin tidak relevan di TF yang lebih tinggi.
Perlu disadari juga bahwa penentuan level support dan resistance adalah pandangan kita terhadap kondisi pasar saat ini. Artinya, setiap trader bisa saja melihat level berbeda: ada yang relevan, ada yang tidak, tergantung apakah mayoritas trader memperhatikannya atau apakah level itu dianggap kurang menarik.
Pertama, seorang trader harus belajar secara praktik bagaimana menarik level support dan resistance. Jika Anda tidak tahu caranya, amati bagaimana profesional melakukannya dan tiru. Kemudian, latihlah secara rutin — semakin sering Anda berlatih, semakin cepat Anda mahir melakukan hal ini secara otomatis. Trader profesional bisa menemukan level support dan resistance dalam hitungan detik dan tidak selalu perlu menggambarkannya dengan garis di grafik — inilah kemampuan yang kita tuju.
Jangan lupa pula manajemen risiko dan manajemen modal — keduanya akan membantu melindungi dana Anda di saat Anda salah prediksi. Selain itu, yang diperlukan adalah praktik, praktik, dan praktik lagi!
Sebenarnya, badan dan ekor candle dipengaruhi oleh time frame candle itu sendiri — makin tinggi TF, makin banyak “bagian” candle di TF kecil yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, kita bisa sedikit “menyesuaikan” panjang ekor dan badan candle hanya dengan mengubah time frame. Namun, level support dan resistance tetap tidak berubah.
Seperti kita ketahui, level supply dan demand bisa ditarik minimal dari dua titik grafik tempat harga berbalik. Dari dua titik saja, mungkin kita tidak mendapatkan akurasi yang baik. Lain ceritanya jika kita punya 4, 7, atau lebih titik balik di level yang sama — di situ level akan tampak jelas.
Pada titik ini, jelaslah bahwa bukan masalah apakah kita menarik level lewat badan atau ekor candle, yang terpenting kita menemukan garis tempat harga sering memantul. Ekor candle sekadar menunjukkan kekuatan pantulan, sedangkan wujud candle sangat bergantung pada waktu penutupannya. Misalnya, pola “Pinocchio” dan “Engulfing” bisa jadi fenomena serupa, hanya beda jumlah candlestick yang terbentuk. Singkatnya: jika kita baru punya dua titik untuk membangun level, kita tarik “secara kasar” terlebih dahulu, lalu sesuaikan begitu dapat informasi tambahan. Jika titiknya cukup banyak, kita tarik garis tepat di tempat harga paling sering bereaksi, tanpa perlu memusingkan apakah kena ekor atau badan candle. Mari kita selesaikan contoh di atas: untuk bagian atas, lebih tepat jika kita tarik level lewat badan candle karena di situlah harga sering berbalik. Sementara untuk bagian bawah, kita tarik lewat ekor candle karena titik pembalikan utamanya berada di sana.
Kesimpulannya, kita selalu bertindak sesuai keadaan. Semakin sering harga bereaksi di satu level tertentu, semakin kuat level tersebut, sehingga kita cenderung menarik garis support-resistance di titik-titik di mana reaksi harga paling sering terjadi.
Apa itu garis tren? Ini adalah garis miring yang ditarik pada puncak dan lembah dalam pergerakan tren. Dengan menariknya di grafik, trader mengetahui channel yang ditempuh harga.
Biasanya, garis tren paling penting adalah garis support saat tren naik (uptrend) dan garis resistance saat tren turun (downtrend). Bila garis tren ini ditembus, kita bisa mengenali pelemahan tren, yang bisa menjadi sinyal awal pembalikan harga.
Garis tren ditarik dari dua puncak atau lembah pertama tren. Jika harga bergerak jauh dari level support atau resistance, kita bisa menambahkan garis tambahan: Garis tren yang paling efektif adalah yang terkonfirmasi oleh level support dan resistance horizontal. Jika terjadi pullback saat tren di mana harga menyentuh garis tren dan juga level horizontal, itulah titik entry bagus searah tren. Jangan lupa, garis tren juga bisa berubah sifatnya; begitu ditembus, support bisa menjadi resistance dan sebaliknya: Jika Anda memanfaatkan garis tren dalam trading, bukalah posisi hanya ke arah pergerakan harga saat ini.
Jawabannya sederhana: setiap trader memandang level dengan sudut yang berbeda:
Bagaimana menentukan zona support dan resistance? Pertama, kita tentukan dulu level support atau resistance, kemudian kita cari batas atas dan bawah zona tersebut. Ukuran zona bisa berbeda-beda, tetapi kita bisa menemukannya dengan mengamati candle-candle di sekitar level. Gunakan shadow candle untuk melihat titik yang paling sering menjadi area balik harga — di situlah batas zona support-resistance: Di batas zona support-resistance, sering terbentuk candle dengan ekor — menandakan batas zona tersebut. Kadang muncul pula formasi candlestick tertentu yang mengindikasikan pembalikan harga. Dalam pergerakan tren, zona sering ditandai oleh puncak dan lembah.
Juga, jangan lupa bahwa zona bisa berfungsi sebagai support maupun resistance — tergantung posisi harga terhadap zona tersebut. Respon harga terhadap zona adalah:
Round number adalah level yang diakhiri dengan:
Level **20 dan **80 mungkin sedikit kurang kuat dibandingkan **00 dan **50, namun tetap cukup efektif untuk trading. Perlu diingat bahwa level bulat ini lebih tepat disebut “zona.”
Contohnya, dalam strategi “Strong Level” yang bertumpu pada level harga bulat, zona yang dipakai memiliki lebar 10 poin di TF M15. Penempatan zona bisa agak longgar:
Perhatikan pula ruang antara level supply dan demand — sering kali harga bergerak cukup cepat di area tersebut, hampir tanpa hambatan, mengikuti tren. Ini karena seluruh pelaku pasar telah berada di arah tren, atau menunggu hingga harga mencapai level minat berikutnya untuk mencoba membalikkan atau menahannya.
Bayangkan sebuah contoh: tren turun di mana level support berhasil ditembus, dan kemudian menjadi level resistance: Anggap kita sudah melihat level ini sejak awal (di riwayat harga aset) dan paham bahwa harga akan bereaksi saat menyentuh area minat. Transaksi pertama kita bisa dilakukan saat harga pertama kali mendekati level ini dari atas (entry beli/up).
Titik kedua yang kita incar adalah sentuhan kedua. Karena tren utama sedang turun, kita bisa memperkirakan apakah harga akan menahan bear atau justru menembus support. Kita hanya bisa menilai adanya breakout setelah faktanya terjadi (akan dibahas di bawah), jadi pilihan kita:
Saat harga kembali lagi ke bekas level support yang sudah ditembus (kini jadi resistance):
Jadi, jika kita melewatkan momen breakout, kita bisa menunggu pullback dan entry saat harga kembali ke level yang sudah ditembus. Ini adalah cara lebih aman mengikuti tren. Anda jadi bagian dari “kerumunan,” dan sering kali itu berakhir profit!
Kedua kasus itu menandakan kemungkinan kuat terjadinya pembalikan harga — tidak ada indikasi harga akan meneruskan tren! Kadang memang harga menembus level tanpa “bereaksi,” tapi frekuensinya tak sesering pembalikan. Mayoritas trader justru rugi jika terus melakukannya: Jika tren sedang naik, maka kita entry:
Sebagian orang beranggapan bahwa kita baru bisa mengonfirmasi breakout jika harga sudah kembali untuk “mengunci” pergerakan di sisi lain level. Namun, sebenarnya ada cara lebih dini untuk mengenali breakout. Sebelum itu, mari pahami dulu apa itu false breakout.
False breakout adalah kondisi di mana harga sempat berada sedikit di luar level (atau zona) support-resistance namun kemudian berbalik arah. Biasanya, false breakout ditandai ekor candle. Kadang muncul pola pembalikan seperti “Engulfing.”
Ada sedikit kerumitan: shadow (ekor) candle cepat menunjukkan adanya false breakout, tetapi “Engulfing” memerlukan dua candle. Jadi, probabilitasnya sekitar 50/50. Prinsip dasar mengenali false breakout:
Untuk mengenali false breakout dengan lebih cepat, Anda perlu menguasai pola-pola pembalikan di candlestick (reversal candlestick patterns) maupun model Price Action. Jangan lupakan juga pola kelanjutan tren (trend continuation patterns) — membantu Anda mengenali penembusan lebih dini.
Yang istimewa adalah ketika satu zona pernah berfungsi sebagai support lalu berubah jadi resistance (atau sebaliknya) — zona semacam itu lebih kuat.
Namun, ingatlah bahwa level di TF tinggi akan berfungsi pula di TF rendah, sedangkan level di TF rendah belum tentu signifikan di TF lebih tinggi.
Jika harga langsung memantul kencang, itu pertanda baik — level tersebut menarik perhatian banyak pelaku pasar: Namun, jika zona kurang diminati, pantulannya lemah — candle yang terbentuk berukuran kecil dengan ekor di kedua sisi:
Semakin kuat tren, semakin cepat pula kemungkinan henti atau pembalikannya — tren tajam sering berakhir lebih cepat dari tren lambat yang hampir sideways:
Mari ambil contoh pola “Head and Shoulders”: Sering kali, pola ini tercipta karena adanya zona supply dan demand yang jadi “tembok” pergerakan harga — terbentuk tiga puncak yang menandai pembalikan tren. Garis tren tak hanya menyoroti titik entry potensial, tapi juga mengonfirmasi pembalikan.
Pola “Double Top”: Harga menyentuh level kuat, lalu memantul kembali menuju level support-resistance yang sudah ditembus sebelumnya. Bagian akhir pola adalah upaya kedua harga untuk menembus level kuat tersebut.
Pola “Triangle”: Harga bertemu level resistance (untuk tren naik) dan didukung garis support di bawahnya.
Pola analisis teknikal lainnya juga bekerja dengan prinsip serupa: pada intinya, semuanya berhubungan dengan penggunaan level, zona, atau garis support dan resistance.
Sebaliknya, trading hanya dengan mengandalkan level support-resistance memang butuh latihan. Semakin sering Anda mencoba, semakin Anda memahami perilaku pasar, sehingga semakin sedikit kesalahan yang Anda buat!
Konten
- Kekuatan supply dan demand di pasar (kekuatan bear dan bull)
- Cara kerja zona supply dan demand: mekanisme supply dan demand dalam trading
- Level support dalam trading
- Level resistance dalam trading
- Psikologi level support dan resistance: mengapa level ini bekerja dan memantulkan harga
- Penjual dan pembeli di pasar keuangan (siapa yang membuat level support dan resistance bekerja?)
- Bagaimana level support berubah menjadi resistance dan sebaliknya
- Cara benar membangun level support dan resistance
- Garis horizontal support dan resistance
- Cara tepat menarik level support dan resistance di grafik harga
- Zona kontak: zona sentuh harga dengan level support dan resistance
- Garis supply dan demand dinamis atau garis tren support dan resistance
- Zona support dan resistance – zona supply dan demand
- Angka bulat (round numbers) dan level support-resistance harga kunci
- Price channel – zona support dan resistance dinamis
- Level support dan resistance cermin – pullback ke level yang sudah ditembus
- Breakout level supply dan demand serta pullback – cara memakai pantulan harga ke level yang ditembus
- Kesalahan utama trader saat bekerja dengan zona support dan resistance
- Cara mengenali false breakout dan bagaimana trading saat breakout level support dan resistance
- Apa yang diperhatikan pada level support dan resistance – kekuatan zona supply dan demand
- Jumlah sentuhan zona support dan resistance
- Level support dan resistance bisa digunakan di semua time frame
- Zona sentuh bernilai pada level support dan resistance
- Kemiringan tren
- Level dan zona support dan resistance dalam pola analisis teknikal
- Indikator terbaik untuk membangun level support dan resistance di grafik harga
- Support dan resistance: rangkuman
Kekuatan supply dan demand di pasar (kekuatan bear dan bull)
Jika Anda telah membaca artikel-artikel sebelumnya dengan saksama, Anda mungkin sudah memahami apa yang memengaruhi pergerakan harga aset apa pun. Mari kita segarkan ingatan — ambil sembarang aset (misalnya UCD/CAD) dan analisis apa yang terjadi di pasar saat harga bergerak ke satu arah atau yang lain:- Jika harga bergerak naik, ini menandakan bahwa jumlah pembeli di pasar jauh lebih banyak daripada penjual. Tren naik yang stabil menegaskan bahwa bull (alias pembeli) bersedia membayar harga aset yang lebih tinggi, sehingga terus mendorongnya naik. Kondisi ini akan berlangsung hingga para pelaku pasar merasa harga aset terlalu tinggi dan tidak lagi sepadan untuk dibeli.
- Jika kita melihat tren turun, maka jumlah bear di pasar jauh lebih banyak daripada bull — artinya lebih menguntungkan bagi mereka untuk menjual ketimbang membeli, sehingga harga aset terus merosot. Situasi ini juga akan berlanjut hingga bull kembali masuk pasar — momen ketika harga kembali terasa sangat menarik bagi pembeli.
- Gerakan menyamping (sideways atau flat) adalah kondisi pasar yang menunjukkan kesetaraan antara bull dan bear. Penjual dan pembeli berada dalam posisi seimbang dan tidak ingin mengubah keadaan, sehingga tidak ada tren. Ini adalah kondisi pasar yang “beristirahat”.
Mengapa ini disebutkan? Agar Anda memahami satu fakta tak terbantahkan — pasar tidak mungkin diprediksi 100%, karena... pasar terdiri dari jutaan variabel acak dengan kepentingan dan tujuan masing-masing. Kita hanya melihat hasil akhirnya: tren naik, tren turun, atau konsolidasi harga (sideways).
Namun, pasar (menurut teori Dow) memuat semua informasi tentang aset sepanjang periode keberadaannya. Sederhananya, grafik harga itu sendiri memberi tahu kita apa yang kemungkinan terjadi selanjutnya. Dengan melihat grafik, kita bisa menentukan:
- Kemunculan tren baru
- Pelemahan tren
- Pembalikan harga yang cepat
- Awal atau akhir konsolidasi harga
- Level yang diminati para trader
Dalam bahasa profesional, semua ini disebut “zona” — zona supply dan demand. Jika keinginan meraih keuntungan sangat tinggi di kalangan pelaku pasar, maka terbentuklah zona demand — trader mulai masuk pasar dan membeli aset karena yakin harganya tidak akan jatuh lebih rendah lagi, sehingga sekarang adalah waktunya “membeli murah” untuk kemudian membentuk zona supply yang kuat dan “menjual mahal”.
Cara kerja zona supply dan demand: mekanisme supply dan demand dalam trading
Mari kita lihat mekanisme supply dan demand dalam trading — pemahaman ini akan memudahkan Anda memahami prinsip kerja level support dan resistance yang terbentuk pada grafik harga aset.Sebagai contoh, mari kita ambil momen favorit para wanita — tanggal 8 Maret. Kenapa tanggal ini? Karena pada hari itu, para pria berbondong-bondong ingat bahwa perempuan sangat menyukai bunga dan menyerbu ratusan toko bunga.
Dalam situasi ini, supply adalah ketersediaan suatu barang dalam periode tertentu. Semakin besar jumlah barang (semakin besar supply), semakin rendah harga barang tersebut. Jika ada beberapa toko bunga di sekitar tempat tinggal Anda, mereka akan bersaing dengan menurunkan harga agar pembeli memilih berbelanja di toko mereka.
Sebaliknya, jika hanya ada satu toko, tetapi banyak orang ingin membeli bunga, maka terjadi kelangkaan — harga bisa (dan akan) dinaikkan. Mau tidak mau, pembeli membeli di toko tersebut atau tidak membeli sama sekali. Semakin tinggi demand, semakin tinggi pula harganya. Namun, jika Anda datang ke toko bunga bukan pada 8 Maret, melainkan tanggal 9 atau 10, Anda akan melihat harganya turun beberapa kali lipat — demand sudah menurun, begitu pula harganya.
Apa yang bisa kita tarik dari contoh “membeli bunga pada 8 Maret”? Bahwa untuk aset (atau barang) apa pun, selalu ada nilai supply dan demand. Pada grafik harga, supply dan demand dapat diilustrasikan sebagai dua garis. Mari kita ambil contoh aset USD/CAD untuk memudahkan pemahaman. Dengan kuotasi tertentu, “titik ideal” bisa saja:
Harga semua aset global di pasar Forex bergantung pada indikator supply dan demand. Komunitas internasional yang menentukan berapa nilai tukar untuk mata uang tertentu. Sederhananya, komunitas ini bisa menghancurkan perekonomian negara kuat yang memiliki mata uang sendiri atau menguatkannya.
Tentu, perubahan seperti itu tidak bisa terjadi sembarangan — semua tergantung pada negara pemilik mata uang dan keputusan politik para pemimpinnya. Pecahnya perang, penutupan perbatasan, bencana buatan manusia, dan sebagainya dapat secara drastis menurunkan demand akan mata uang tersebut, sehingga nilainya pun turun tajam di pasar internasional. Situasi ini terlihat di Rusia sejak 2014 — terjadi penurunan tajam rubel terhadap mata uang dunia.
Di sisi lain, jika suatu negara memanfaatkan sumber daya alamnya dengan bijak, menginvestasikan dana besar dalam pengembangan teknologi, dan lain sebagainya, maka demand akan tumbuh. Contoh yang jelas adalah Uni Emirat Arab (UEA). Negara ini menjadi salah satu pengekspor minyak utama dunia, sehingga nilai tukar dirham (mata uang nasional UEA) menguat dibandingkan mata uang dunia. Hal ini turut memperkuat perekonomian negara tersebut.
Level support dalam trading
Level support (level demand) selalu berada di bawah harga saat ini. Ia “menopang” harga dan mencegahnya turun lebih dalam dari nilai saat ini. Level ini sangat mudah dikenali di grafik — berupa level harga yang berulang kali tidak mampu ditembus oleh harga: Setiap level support terkait dengan nilai harga tertentu. Harga aset itulah yang memicu kenaikan atau penurunan demand. Pada level support, penurunan awalnya terhenti karena supply sama dengan demand, lalu harga berbalik naik sepenuhnya karena... banyak bull (pembeli) bermunculan yang ingin “memanfaatkan harga yang murah”. Demand naik, dan harga pun naik.Perlu diingat bahwa level support tidak terbentuk “begitu saja”; biasanya pembentukannya dipengaruhi oleh riwayat perdagangan sebelumnya — bukan pertama kalinya harga saat ini dianggap menarik bagi para pembeli. Ada juga momen ketika harga mencapai “dasar” untuk pertama kalinya dalam sejarah dan membentuk level support baru — sering kali level semacam ini terbentuk pada “level harga bulat” (round numbers) yang akan kita bahas nanti.
Level resistance dalam trading
Level resistance (juga dikenal sebagai level supply) selalu berada di atas harga saat ini. Seperti namanya, level resistance mencegah harga naik lebih tinggi dari nilai saat ini. Dari level inilah biasanya kita melihat penjualan besar-besaran, sehingga harga cenderung jatuh: Jika kita bicara mekanisme level ini, sama seperti level support, level resistance juga terbentuk dari nilai historis grafik (pada titik-titik maksimum lokal) dan dikaitkan dengan harga aset. Para penjual buru-buru menjual aset di harga maksimum — ini meningkatkan supply, sehingga harga aset turun.Di level resistance, bull yang tadi mendominasi pasar pun keluar, sementara bear mengambil alih. Semakin banyak bear di pasar, semakin kuat pula pantulan dari level tersebut.
Ada juga kondisi ketika harga berbalik sebelum mencapai level resistance (atau support) — ini terjadi karena faktor “serakah” para pelaku pasar: semua ingin membeli sedikit lebih awal dan menjual secepat mungkin. Meski kadang kurang menguntungkan, rasa takut kehilangan profit yang sudah ada ditambah sifat serakah mendorong trader bertindak demikian.
Psikologi level support dan resistance: mengapa level ini bekerja dan memantulkan harga
Saya yakin semua yang pernah berhadapan dengan level support dan resistance pernah bertanya, “Kenapa level ini efektif memantulkan harga?” Lucunya, ada sekelompok orang yang sama sekali tidak mengakui keberadaan level support dan resistance, indikator, pola candlestick, dan sebagainya. Mereka mungkin saja termasuk golongan yang menyatakan “opsi biner itu penipuan semata,” tanpa memedulikan fakta bahwa sebenarnya banyak orang meraih profit darinya.Tapi mari kembali ke level supply dan demand. Seperti yang kita ketahui, semakin tinggi demand terhadap suatu barang, semakin tinggi pula harganya. Sampai suatu titik, para trader menyadari bahwa harga aset tidak akan terus naik — kekuatan buyer berkurang dan tren melambat. Inilah saatnya merealisasikan keuntungan — menjual di harga terbaik. Terlebih, makin dekat harga ke titik maksimum sebelumnya, makin besar keyakinan para penjual.
Singkatnya: penjual melihat catatan harga masa lalu (pergerakan harga, titik maksimum, pullback) — penting bagi mereka untuk menentukan zona terbaik untuk menjual aset, agar tidak terlalu cepat (profit sedikit) atau terlambat (kehilangan sebagian profit). Semakin tepat perkiraan zona tempat mayoritas penjual memulai aksi jual, semakin besar keuntungan yang bisa mereka raih.
Pada grafik, situasinya akan tampak seperti ini: Semakin tinggi harga naik, semakin banyak penjual yang mulai tertarik. Begitu harga menyentuh titik tertinggi sebelumnya, fase penjualan (pullback atau pembalikan tren) pun mulai. Semua bear ingin menjual di harga setinggi mungkin dan secepatnya, sehingga harga terpental dari level resistance.
Jika kita bicara level support (level demand), maka kondisinya berkebalikan. Semakin rendah harga jatuh, semakin menarik bagi para bull (pembeli) — ingat prinsip “beli di harga rendah, jual di harga tinggi!” Saat harga turun ke titik kritis — tempat harga tidak lagi layak dijual, tapi justru layak dibeli. Maka bull muncul secara masif dan mendorong harga naik. Singkatnya:
- Di pasar, terjadi perjuangan konstan antara pembeli dan penjual
- Saat pembeli (bull) lebih dominan, maka terbentuk level support di grafik
- Saat penjual (bear) lebih dominan, maka terbentuk level resistance di grafik
Baik, kita sudah memahami bagaimana level support dan resistance terbentuk, tapi mengapa keduanya efektif memantulkan harga? Jawabannya terletak pada psikologi pelaku pasar dan psikologi pasar secara keseluruhan.
Pasti Anda pernah mengalami kejadian jari terbakar korek api. Pelajaran yang Anda dapat: jangan main-main dengan korek, berhati-hatilah, kalau tidak mau merasakan sakit terbakar lagi. Di trading, pasar ibarat korek api yang bisa “membakar” jika tidak ditangani hati-hati.
Apa itu “hati-hati” dalam pasar? Yaitu kemampuan mengidentifikasi pergerakan harga yang paling mungkin dan bergerak seirama dengannya. Kita tidak bisa mengendalikan pasar, tetapi kita bisa mengikuti ke mana pasar bergerak.
Setiap trader berpengalaman tahu bahwa harga tidak mungkin selamanya bergerak dalam satu arah — pasti ada pullback, pembalikan, atau sideways. Namun, kapan tepatnya itu terjadi? Kapan kita masuk dan keluar pasar? Jawabannya sederhana — ketika “kerumunan” sepakat pada satu pandangan. Kerumunan (massa trader) lah yang menggerakkan harga naik, turun, atau sideways, dan kita harus menjadi bagian dari kerumunan itu.
Penting untuk selalu berada di pihak yang dominan: jika pasar dikuasai bull, kita ikut beli aset; jika pasar dikuasai bear, kita ikut jual aset. Tapi ada titik balik — ketika bull tiba-tiba keluar, lalu bear mengambil alih secara mutlak, dan sebaliknya. Di sinilah level support dan resistance menjadi alat sederhana dan mudah dipahami.
Di grafik, level ini hanya berupa garis horisontal, tetapi garis tersebut menunjukkan kepada trader area di mana kemungkinan besar arah harga (naik atau turun) akan diperebutkan.
Jika harga mendekati level harga tertinggi (termasuk puncak atau titik maksimum/minimum lokal), banyak pelaku pasar menyadari bahwa “pertarungan” antara bull dan bear bakal semakin intens. Pihak mana yang lebih kuat tidak selalu jelas. Bila menganalisis semua aksi, polanya kira-kira demikian:
- Harga naik, dan pelaku pasar melihat adanya zona minat para bear sedikit lebih tinggi — beberapa buyer keluar dari pasar karena takut profit berkurang. Harga pun terkoreksi turun. Jika hanya sebagian kecil buyer yang keluar, tren bisa melanjutkan naik sampai bertemu zona bear berikutnya. Begitu seterusnya hingga jumlah penjual (bear) akhirnya mengalahkan buyer, dan tren berbalik.
- Jika harga turun, maka “pertarungan” serupa terjadi di level support (zona minat buyer) — di sinilah sebagian bear keluar pasar. Harga pun sedikit memantul naik. Jika bear masih mendominasi, tren turun berlanjut hingga bear melemah atau bull kembali mengambil alih pasar.
- Jika hanya ada satu pendapat di pasar (misalnya hanya bull atau hanya bear — terjadi saat rilis berita penting), maka persaingan absen, sehingga level support dan resistance “tidak dihiraukan.” Harga terus melaju tanpa memperhatikan level-level tersebut.
Para trader sendiri memberi bobot pada harga tertentu — mereka melihat riwayat aset dan mengharapkan situasi berulang. Jika satu trader berpikir begitu, trader lain juga, puluhan, ratusan, ribuan trader pun demikian — bersama-sama mereka menggabungkan kekuatan dan membalikkan harga dengan membeli atau menjual aset.
Hal ini menuntun kita pada satu kesimpulan sederhana: jika harga sudah beberapa kali membentuk puncak atau lembah di level yang sama, besar kemungkinan hal serupa akan terulang lagi, karena mayoritas trader berpikir hal yang sama. Semua orang melihat grafik yang sama, semua menyadari perlunya mengikuti arus pasar — maka mereka pun menjadi bagian dari arus tersebut.
Mari kita lihat situasi pada bull (pembeli): Terlihat tren turun. Di titik tertentu, harga mulai menarik minat para bull — mereka merasa harga cukup murah untuk dibeli, sehingga demand meningkat dan harga terdongkrak naik. Bear mencoba melawan, tapi kemudian mereka sadar bahwa perlawanan sia-sia — lebih baik keluar pasar sebelum terlambat.
Terjadilah tren naik. Pullback pertama terjadi di level maksimum harga sebelumnya — bear mencoba mengambil alih (dan sukses sesaat), tapi kemudian bull semakin yakin akan kekuatan mereka, dan tren pun berlanjut. Nilai harga 1.10900 (tidak terlihat di tangkapan layar ini) juga merupakan level minat bull-bear di masa lalu. Di sinilah para bear berkumpul.
Bull yang lebih cerdas keluar segera saat mencapai level tersebut, sementara bull yang lebih lambat keluar ketika upaya menembus zona bear kedua kalinya gagal. Alhasil, hanya bear yang tersisa, dan harga pun anjlok. Pada level maksimum sebelumnya, bull mencoba mengangkat harga beberapa kali, tapi gagal. Pada akhirnya, para pembeli ini pun menyerah — tren turun menekan harga ke lembah sebelumnya.
Sampai di titik tersebut, jumlah bear jauh lebih banyak — mereka memutuskan sampai seberapa jauh harga akan turun. Para bull hanya mampu menahan sedikit waktu di lembah sebelumnya, kemudian mereka kembali keluar, enggan melawan tren yang kuat. Alhasil, titik minimum sebelumnya berhasil ditembus karena tak ada buyer dalam volume cukup besar.
Jika kita terus mengamati, tren turun masih berlanjut — kekuatan bear sangat dominan. Berkali-kali bull mencoba melawan, tetapi hanya berujung pullback kecil. Tren ini berlanjut hingga akhirnya bear melemah, dan bull kembali mendominasi: Setiap pullback melawan tren terjadi di level yang sama. Di titik di mana buyer mencoba menahan seller, di situlah seller nantinya mencoba menahan buyer. Tiap level harga yang kita tandai tak ada artinya bila kerumunan tidak memberinya makna. Setiap kali sekelompok penggiat mencoba membaca apakah harga akan berbalik, mereka masuk pasar berharap kerumunan mendukung. Hasilnya adalah pullback atau pembalikan tren.
Namun, bagi kita, yang terpenting adalah memahami bahwa mayoritas level support dan resistance memang level yang diminati pasar. Kalau kita trading opsi biner, cukup pullback kecil sudah bisa menghasilkan profit. Jadi, dengan menandai area-area menarik, kita bisa mengidentifikasi titik pembalikan harga dengan cukup akurat — memperoleh keuntungan baik saat tren maupun saat melawan tren.
Penjual dan pembeli di pasar keuangan (siapa yang membuat level support dan resistance bekerja?)
Ada banyak pembahasan tentang bull, bear, pembeli, penjual... Lantas apa hubungannya dengan level support dan resistance?! Level support dan resistance hanyalah alat, sedangkan “mesin” penggeraknya adalah penjual dan pembeli (bear dan bull).Intinya, psikologi pelaku pasar memegang peranan besar — mereka khawatir harga tidak akan turun lebih jauh atau naik lebih tinggi jika kekuatan mereka melemah. Mereka juga digerakkan oleh keserakahan bila mereka dominan — selama mayoritas memihak, teruskan saja. Tapi dari mana asalnya “pembeli” dan “penjual” ini?
Ingat, orang datang ke pasar untuk mendapatkan keuntungan. Mereka akan memilih pihak (bull atau bear) yang lebih menguntungkan saat itu. Jika tren naik, mereka bergabung dengan bull; jika tren turun, mereka bergabung dengan bear. Ketika tren berakhir, pihak bull berpindah menjadi bear untuk merealisasikan profit, dan demikian pula sebaliknya.
Hal ini bisa berulang tanpa henti. Trader terus berganti “peran” bull dan bear sesuai situasi. Maka, di pasar kadang hanya ada bull atau hanya ada bear.
Bagaimana level support berubah menjadi resistance dan sebaliknya
Menariknya, level harga yang menarik bagi pasar bisa berfungsi sebagai support maupun resistance, tergantung letaknya di sisi mana harga berada.Mari kita pahami bagaimana sebuah level support bisa berubah menjadi level resistance:
- Bear yang belum sempat open posisi sesaat setelah level support (breakdown ke bawah) ditembus, akan entry saat terjadi pullback — biasanya pada level support yang telah ditembus tadi (kini di bawah harga).
- Trader yang sudah open posisi saat harga berada paling bawah akan melebarkan posisi (averaging) di level support yang telah tembus itu.
- Bull yang sebelumnya open posisi beli di level support (ketika level belum ditembus) punya kesempatan menutup posisi tanpa rugi dan keluar pasar.
Sebaliknya, jika kita bicara kasus ketika level resistance berubah menjadi support, peristiwanya berkebalikan:
- Bull yang belum sempat entry ketika level resistance ditembus (breakout ke atas) akan masuk pasar ketika terjadi pullback — biasanya di level resistance yang telah ditembus.
- Pembeli yang open posisi di puncak (sebelum pullback) akan melakukan averaging di harga yang lebih menguntungkan.
- Bear menutup posisi tanpa rugi saat harga kembali ke level yang dulunya resistance tersebut.
Cara benar membangun level support dan resistance
Level support dan resistance adalah salah satu alat terpenting untuk memprediksi pergerakan harga. Zona minat ini memungkinkan Anda memahami kondisi pasar di segala time frame — mulai dari M1 hingga grafik bulanan. Perlu diingat pula bahwa banyak level akan bertahan selama bertahun-tahun, tetapi makin tinggi time frame-nya, makin kuat pula levelnya.Tugas Anda sebagai trader adalah mempelajari cara tepat menarik dan menggunakan level-level supply dan demand. Keterampilan ini akan mempermudah Anda menemukan titik tepat untuk entry.
Garis horizontal support dan resistance
Menemukan level support dan resistance tidaklah sulit — kita tinggal mencari minimal dua titik dengan nilai harga sama di mana harga berbalik arah. Tak peduli lokasi balik arahnya di mana, yang penting minimal ada dua lembah atau puncak pada garis horizontal yang sama. Semakin banyak titik balik pada satu level, makin menarik level tersebut bagi pelaku pasar — levelnya jadi lebih kuat.Level yang hanya terbentuk dari dua titik dan sering ditembus harga terbilang lemah, sebaiknya jangan terlalu diandalkan. Lingkaran merah menunjukkan momen ketika harga hampir tidak bereaksi terhadap level support dan resistance — jangan lupa bahwa terkadang level bisa ditembus tanpa ada pullback sama sekali!
Sekarang, mari pahami bagaimana cara tepat menarik level support dan resistance di grafik harga. Ingat, harga “punya memori,” artinya level dapat bertahan bertahun-tahun. Langkah pertama, tarik level pada time frame tertinggi. Beralihlah ke time frame bulanan, scroll grafik sejauh mungkin ke kiri, lalu tandai semua level yang terlihat, termasuk titik maksimum dan minimum — semua itu adalah level support-resistance yang kuat. Sebaiknya buat garis ini lebih tebal dan bedakan warnanya (misalnya warna merah). Langkah berikutnya, masuk ke time frame mingguan (Weekly) dan tarik level lagi di sana. Bisa diberikan warna lain dan ketebalan garis lebih tipis: Ulangi proses serupa di time frame lebih rendah. Beri warna berbeda untuk setiap TF. Jika perlu, sesuaikan kembali level-level yang sudah Anda tarik sebelumnya.
Kalau Anda menarik semua level di semua time frame lalu kembali ke grafik 1-menit, Anda mungkin melihat pemandangan seperti ini: Perhatikan, level yang ditarik dari time frame lebih tinggi juga berfungsi di time frame yang lebih kecil. Tapi hal ini tidak berlaku sebaliknya: level dari time frame rendah mungkin tidak relevan di TF yang lebih tinggi.
Perlu disadari juga bahwa penentuan level support dan resistance adalah pandangan kita terhadap kondisi pasar saat ini. Artinya, setiap trader bisa saja melihat level berbeda: ada yang relevan, ada yang tidak, tergantung apakah mayoritas trader memperhatikannya atau apakah level itu dianggap kurang menarik.
Cara tepat menarik level support dan resistance di grafik harga
Dalam trading, tidak ada strategi yang 100% sempurna, begitu pula metode menarik level support dan resistance. Ada yang melihat level di suatu tempat, yang lain sedikit lebih atas/bawah, atau bahkan tidak melihat level itu sama sekali. Siapa yang benar? Trader pasti melakukan kesalahan (trading tanpa loss sama sekali mustahil), tetapi kita bisa meminimalkan kesalahan tersebut.Pertama, seorang trader harus belajar secara praktik bagaimana menarik level support dan resistance. Jika Anda tidak tahu caranya, amati bagaimana profesional melakukannya dan tiru. Kemudian, latihlah secara rutin — semakin sering Anda berlatih, semakin cepat Anda mahir melakukan hal ini secara otomatis. Trader profesional bisa menemukan level support dan resistance dalam hitungan detik dan tidak selalu perlu menggambarkannya dengan garis di grafik — inilah kemampuan yang kita tuju.
Jangan lupa pula manajemen risiko dan manajemen modal — keduanya akan membantu melindungi dana Anda di saat Anda salah prediksi. Selain itu, yang diperlukan adalah praktik, praktik, dan praktik lagi!
Zona kontak: zona sentuh harga dengan level support dan resistance
Saat membaca artikel ini, Anda mungkin melihat beberapa perbedaan dalam penarikan level support dan resistance — kadang ditarik lewat shadow (ekor) candle, kadang lewat body (badan) candle. Lantas, mana yang benar?Sebenarnya, badan dan ekor candle dipengaruhi oleh time frame candle itu sendiri — makin tinggi TF, makin banyak “bagian” candle di TF kecil yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, kita bisa sedikit “menyesuaikan” panjang ekor dan badan candle hanya dengan mengubah time frame. Namun, level support dan resistance tetap tidak berubah.
Seperti kita ketahui, level supply dan demand bisa ditarik minimal dari dua titik grafik tempat harga berbalik. Dari dua titik saja, mungkin kita tidak mendapatkan akurasi yang baik. Lain ceritanya jika kita punya 4, 7, atau lebih titik balik di level yang sama — di situ level akan tampak jelas.
Pada titik ini, jelaslah bahwa bukan masalah apakah kita menarik level lewat badan atau ekor candle, yang terpenting kita menemukan garis tempat harga sering memantul. Ekor candle sekadar menunjukkan kekuatan pantulan, sedangkan wujud candle sangat bergantung pada waktu penutupannya. Misalnya, pola “Pinocchio” dan “Engulfing” bisa jadi fenomena serupa, hanya beda jumlah candlestick yang terbentuk. Singkatnya: jika kita baru punya dua titik untuk membangun level, kita tarik “secara kasar” terlebih dahulu, lalu sesuaikan begitu dapat informasi tambahan. Jika titiknya cukup banyak, kita tarik garis tepat di tempat harga paling sering bereaksi, tanpa perlu memusingkan apakah kena ekor atau badan candle. Mari kita selesaikan contoh di atas: untuk bagian atas, lebih tepat jika kita tarik level lewat badan candle karena di situlah harga sering berbalik. Sementara untuk bagian bawah, kita tarik lewat ekor candle karena titik pembalikan utamanya berada di sana.
Kesimpulannya, kita selalu bertindak sesuai keadaan. Semakin sering harga bereaksi di satu level tertentu, semakin kuat level tersebut, sehingga kita cenderung menarik garis support-resistance di titik-titik di mana reaksi harga paling sering terjadi.
Garis supply dan demand dinamis atau garis tren support dan resistance
Garis dinamis atau garis tren support-resistance adalah garis yang menunjukkan price channel saat tren. Garis ini tidak terikat pada level harga spesifik, dan menurut saya kekuatannya lebih rendah, tetapi kadang cukup membantu menganalisis pasar.Apa itu garis tren? Ini adalah garis miring yang ditarik pada puncak dan lembah dalam pergerakan tren. Dengan menariknya di grafik, trader mengetahui channel yang ditempuh harga.
Biasanya, garis tren paling penting adalah garis support saat tren naik (uptrend) dan garis resistance saat tren turun (downtrend). Bila garis tren ini ditembus, kita bisa mengenali pelemahan tren, yang bisa menjadi sinyal awal pembalikan harga.
Garis tren ditarik dari dua puncak atau lembah pertama tren. Jika harga bergerak jauh dari level support atau resistance, kita bisa menambahkan garis tambahan: Garis tren yang paling efektif adalah yang terkonfirmasi oleh level support dan resistance horizontal. Jika terjadi pullback saat tren di mana harga menyentuh garis tren dan juga level horizontal, itulah titik entry bagus searah tren. Jangan lupa, garis tren juga bisa berubah sifatnya; begitu ditembus, support bisa menjadi resistance dan sebaliknya: Jika Anda memanfaatkan garis tren dalam trading, bukalah posisi hanya ke arah pergerakan harga saat ini.
Zona support dan resistance — zona supply dan demand
Ada trader profesional yang meyakini bahwa sebenarnya tidak ada level support atau resistance! Mereka benar. Level hanya membantu kita menunjuk titik potensi pembalikan harga. Pada kenyataannya, harga sering tidak berbalik tepat di garis tersebut — kadang lebih lambat, kadang malah lebih cepat. Mengapa begitu?Jawabannya sederhana: setiap trader memandang level dengan sudut yang berbeda:
- Ada yang menarik level di titik lebih tinggi dari Anda, lalu open posisi di sana
- Ada pula yang, seperti Anda, menarik level di titik tertentu
- Ada juga yang menarik level lebih rendah, sesuai pandangan mereka
Bagaimana menentukan zona support dan resistance? Pertama, kita tentukan dulu level support atau resistance, kemudian kita cari batas atas dan bawah zona tersebut. Ukuran zona bisa berbeda-beda, tetapi kita bisa menemukannya dengan mengamati candle-candle di sekitar level. Gunakan shadow candle untuk melihat titik yang paling sering menjadi area balik harga — di situlah batas zona support-resistance: Di batas zona support-resistance, sering terbentuk candle dengan ekor — menandakan batas zona tersebut. Kadang muncul pula formasi candlestick tertentu yang mengindikasikan pembalikan harga. Dalam pergerakan tren, zona sering ditandai oleh puncak dan lembah.
Juga, jangan lupa bahwa zona bisa berfungsi sebagai support maupun resistance — tergantung posisi harga terhadap zona tersebut. Respon harga terhadap zona adalah:
- Saat harga di luar zona, ia cenderung memantul dari tepi zona dan “enggan” masuk
- Saat harga di dalam zona, ia memantul dari tepi zona menuju tengah, “enggan” keluar
Angka bulat (round numbers) dan level harga kunci support-resistance
Level harga kunci atau round number adalah magnet kuat bagi pasar. Level semacam ini memiliki “kekuatan” khusus.Round number adalah level yang diakhiri dengan:
- **00
- **20
- **50
- **80
Level **20 dan **80 mungkin sedikit kurang kuat dibandingkan **00 dan **50, namun tetap cukup efektif untuk trading. Perlu diingat bahwa level bulat ini lebih tepat disebut “zona.”
Contohnya, dalam strategi “Strong Level” yang bertumpu pada level harga bulat, zona yang dipakai memiliki lebar 10 poin di TF M15. Penempatan zona bisa agak longgar:
Price channel – zona support dan resistance dinamis
Price channel atau channel harga adalah zona support/resistance dinamis yang dibangun sepanjang puncak dan lembah. Channel ini bisa muncul saat tren maupun gerakan sideways: Secara umum, metode ini tak jauh beda dari garis support dan resistance yang dipakai dalam pergerakan tren harga.Level support dan resistance cermin – pullback ke level yang sudah ditembus
Tidak jarang, saat tren, harga menembus level support dan resistance lalu kembali lagi ke level tersebut. Contoh pergerakan harga bergelombang terlihat di bawah: Terlihat harga kerap kembali ke level yang ditembus, kemudian melanjutkan arah sesuai tren. Pemahaman ini penting untuk membaca pergerakan harga dan menemukan titik entry — jika kita telat masuk saat break, kita bisa menanti pullback ke level tersebut.Perhatikan pula ruang antara level supply dan demand — sering kali harga bergerak cukup cepat di area tersebut, hampir tanpa hambatan, mengikuti tren. Ini karena seluruh pelaku pasar telah berada di arah tren, atau menunggu hingga harga mencapai level minat berikutnya untuk mencoba membalikkan atau menahannya.
Breakout level supply dan demand dan pullback – cara memakai pantulan harga ke level yang ditembus
Seperti dibahas sebelumnya, sering terjadi situasi di mana harga, setelah menembus level support atau resistance, bergerak sejenak mengikuti arah break, lalu kembali lagi ke level tersebut untuk “mengunci” pergerakan. Karena hal ini cukup lazim, kita perlu memahami dan memanfaatkannya dalam trading.Bayangkan sebuah contoh: tren turun di mana level support berhasil ditembus, dan kemudian menjadi level resistance: Anggap kita sudah melihat level ini sejak awal (di riwayat harga aset) dan paham bahwa harga akan bereaksi saat menyentuh area minat. Transaksi pertama kita bisa dilakukan saat harga pertama kali mendekati level ini dari atas (entry beli/up).
Titik kedua yang kita incar adalah sentuhan kedua. Karena tren utama sedang turun, kita bisa memperkirakan apakah harga akan menahan bear atau justru menembus support. Kita hanya bisa menilai adanya breakout setelah faktanya terjadi (akan dibahas di bawah), jadi pilihan kita:
- Mencoba sekali lagi open posisi beli di level support, berharap harga kembali memantul naik
- Tidak melakukan apa-apa, menunggu perkembangan lebih lanjut
- Menempatkan pending order sell untuk break di bawah zona support (di perbatasan bawah zona)
Saat harga kembali lagi ke bekas level support yang sudah ditembus (kini jadi resistance):
- Para bull yang tadinya open buy di level support memilih menutup posisi di level yang sama ini, menyelamatkan diri dari kerugian
- Para bear yang belum sempat entry saat break pertama, masuk pasar di momen pullback ini
- Bear yang sudah entry di bawah bisa melakukan averaging supaya potensi profitnya berlipat
Jadi, jika kita melewatkan momen breakout, kita bisa menunggu pullback dan entry saat harga kembali ke level yang sudah ditembus. Ini adalah cara lebih aman mengikuti tren. Anda jadi bagian dari “kerumunan,” dan sering kali itu berakhir profit!
Kesalahan utama trader saat bekerja dengan zona support dan resistance
Anehnya, banyak trader sering melakukan kesalahan serupa: open posisi beli saat harga justru berada di dekat level resistance, atau open posisi jual ketika harga sudah hampir ke level support.Kedua kasus itu menandakan kemungkinan kuat terjadinya pembalikan harga — tidak ada indikasi harga akan meneruskan tren! Kadang memang harga menembus level tanpa “bereaksi,” tapi frekuensinya tak sesering pembalikan. Mayoritas trader justru rugi jika terus melakukannya: Jika tren sedang naik, maka kita entry:
- Sell: saat pullback dari level resistance
- Buy: saat harga kembali ke bekas resistance yang sudah ditembus dan berubah menjadi support
- Buy: saat pullback dari level support
- Sell: saat harga kembali ke bekas support yang sudah ditembus dan berubah menjadi resistance
Cara mengenali false breakout dan bagaimana trading saat breakout level support dan resistance
Banyak trader (termasuk yang berpengalaman) masih kesulitan membedakan mana false breakout dan mana breakout valid pada level support dan resistance. Untuk memahami ini, kita ingat lagi bahwa sebenarnya tidak ada “level” mutlak, yang ada adalah ZONA minat.Sebagian orang beranggapan bahwa kita baru bisa mengonfirmasi breakout jika harga sudah kembali untuk “mengunci” pergerakan di sisi lain level. Namun, sebenarnya ada cara lebih dini untuk mengenali breakout. Sebelum itu, mari pahami dulu apa itu false breakout.
False breakout adalah kondisi di mana harga sempat berada sedikit di luar level (atau zona) support-resistance namun kemudian berbalik arah. Biasanya, false breakout ditandai ekor candle. Kadang muncul pola pembalikan seperti “Engulfing.”
Ada sedikit kerumitan: shadow (ekor) candle cepat menunjukkan adanya false breakout, tetapi “Engulfing” memerlukan dua candle. Jadi, probabilitasnya sekitar 50/50. Prinsip dasar mengenali false breakout:
- Tentukan zona support-resistance di grafik
- Jika candle-candle masih ditutup di dalam zona atau terlihat pullback kembali, berarti belum terjadi penembusan — itulah false breakout
- Jika candle ditutup di luar zona, kita bisa menganggapnya breakout; Anda bisa menempatkan pending order sesuai tren, atau menunggu satu candle lagi. Jika candle berikutnya juga tutup di luar zona, maka kemungkinan besar breakout benar-benar valid
Untuk mengenali false breakout dengan lebih cepat, Anda perlu menguasai pola-pola pembalikan di candlestick (reversal candlestick patterns) maupun model Price Action. Jangan lupakan juga pola kelanjutan tren (trend continuation patterns) — membantu Anda mengenali penembusan lebih dini.
Apa yang diperhatikan pada level support dan resistance – kekuatan zona supply dan demand
Kini saatnya membahas ciri khas level dan zona support-resistance. Ada beberapa poin penting yang patut diperhatikan saat menggunakan alat analisis teknikal ini.Jumlah sentuhan zona support dan resistance
Seperti disebutkan, makin sering zona ini disentuh harga, makin besar minat pelaku pasar padanya. Pastikan Anda hanya menghitung sentuhan yang benar-benar menghasilkan pelemahan pergerakan, pullback, atau pembalikan harga. Jika harga menembus tanpa reaksi apa-apa, itu tidak kita hitung sebagai “sentuhan.”Yang istimewa adalah ketika satu zona pernah berfungsi sebagai support lalu berubah jadi resistance (atau sebaliknya) — zona semacam itu lebih kuat.
Level support dan resistance bisa digunakan di semua time frame
Banyak yang keliru berpikir bahwa zona support-resistance hanya relevan di time frame tinggi. Padahal, supply-demand bekerja di segala TF, mulai M1 ke atas.Namun, ingatlah bahwa level di TF tinggi akan berfungsi pula di TF rendah, sedangkan level di TF rendah belum tentu signifikan di TF lebih tinggi.
Zona sentuh bernilai pada level support dan resistance
Trader sebaiknya memperhatikan reaksi harga saat menyentuh zona support dan resistance — lebih tepatnya, cara harga “bertingkah” ketika tiba di zona minat bull atau bear.Jika harga langsung memantul kencang, itu pertanda baik — level tersebut menarik perhatian banyak pelaku pasar: Namun, jika zona kurang diminati, pantulannya lemah — candle yang terbentuk berukuran kecil dengan ekor di kedua sisi:
Kemiringan tren
Makin curam kemiringan tren (makin tajam pergerakan harga), makin kuat tren tersebut. Bila tren bergerak hampir datar, ini menandakan tren lemah.Semakin kuat tren, semakin cepat pula kemungkinan henti atau pembalikannya — tren tajam sering berakhir lebih cepat dari tren lambat yang hampir sideways:
Level dan zona support dan resistance dalam pola analisis teknikal
Semua pola analisis teknikal pada dasarnya bertumpu pada level support dan resistance. Pola-pola tersebut hanyalah “visualisasi” agar kita lebih cepat dan mudah memahami pasar. Apa pun yang mempermudah proses trading kita adalah hal yang baik!Mari ambil contoh pola “Head and Shoulders”: Sering kali, pola ini tercipta karena adanya zona supply dan demand yang jadi “tembok” pergerakan harga — terbentuk tiga puncak yang menandai pembalikan tren. Garis tren tak hanya menyoroti titik entry potensial, tapi juga mengonfirmasi pembalikan.
Pola “Double Top”: Harga menyentuh level kuat, lalu memantul kembali menuju level support-resistance yang sudah ditembus sebelumnya. Bagian akhir pola adalah upaya kedua harga untuk menembus level kuat tersebut.
Pola “Triangle”: Harga bertemu level resistance (untuk tren naik) dan didukung garis support di bawahnya.
Pola analisis teknikal lainnya juga bekerja dengan prinsip serupa: pada intinya, semuanya berhubungan dengan penggunaan level, zona, atau garis support dan resistance.
Indikator terbaik untuk membangun level support dan resistance di grafik harga
Bagi Anda yang “mencari cara instan” (dan juga untuk mempermudah), ada banyak indikator yang bisa membantu analisis teknikal. Berikut beberapa rekomendasi:- Auto Trend Channel — indikator untuk MT4 yang secara otomatis membentuk channel harga di grafik
- LEV 00 — indikator MT4 yang membangun zona di sekitar level harga bulat (digunakan pada TF M15!)
- SR PRO (TLB OC) — salah satu indikator terbaik untuk support dan resistance horizontal di MT4. Bisa membentuk level dari berbagai time frame dan berdasarkan jumlah titik balik tertentu
Support dan resistance: rangkuman
Mari kita simpulkan:- Support dan resistance adalah alat penting dan kuat dalam analisis teknikal grafik
- Zona support dan resistance mencerminkan kekuatan supply dan demand di pasar
- Kita bisa menilai kuat-lemahnya suatu level supply-demand dengan melihat tanda-tanda tertentu
- Level demand dan supply berlaku di semua time frame
- Perlu hati-hati menentukan penembusan (breakout) dan membedakannya dari false breakout
- Level support dan resistance punya aturan trading tersendiri
- Zona demand dan supply adalah dasar seluruh pergerakan harga di pasar
- Satu level bisa berfungsi sebagai support dan juga resistance
Sebaliknya, trading hanya dengan mengandalkan level support-resistance memang butuh latihan. Semakin sering Anda mencoba, semakin Anda memahami perilaku pasar, sehingga semakin sedikit kesalahan yang Anda buat!
Ulasan dan komentar